Monday, June 25, 2007

Motor Hilang.

Pagi itu saya keluar rumah dengan penuh semangat. Teman saya, Riris, telah menelepon memberitahu bahwa ia hampir sampai di gerbang komplek rumah susun di mana saya tinggal. Setiap kali syuting, kami memang selalu berangkat bersama-sama ke lokasi syuting.

Ketika melewati parkiran motor, saya merasakan sebuah kejanggalan: motor saya tidak ada di tempat biasanya. Saya pun berputar-putar di segenap blok sambil bertanya-tanya kepada tetangga yang mungkin saja melihatnya. Namun saya tetap tidak menemukan motor itu. Jantung saya seketika berdegup cepat ketika saya mengambil kesimpulan, “Motor saya hilang!!!”

Saya memutuskan untuk melapor ke Polisi selepas kerja nanti. “Hari ini suting dan teman saya sudah menjemput di depan komplek” pikir saya. Sambil berjalan menuju mobil Riris, saya menelepon Galih kawan saya untuk membantu mencari motor saya. Di dalam mobil, saya bercerita kepada Riris bahwa saya telah kehilangan motor lagi. Beberapa tahun yang lalu, saya memang pernah mengalami peristiwa naas tersebut. Dan di pagi yang cerah ini, saya harus mengalaminya kembali. “Uhh.. Beratnya cobaan hidup ini”

Sepanjang perjalanan saya hanya terpekur merenungi nasib buruk yang baru saja terjadi. Saya harus melapor polisi nanti selepas kerja. Terbayang interogasi khas polisi yang melelahkan. Saya pun harus banting tulang lebih keras lagi agar bisa membeli kendaraan baru. Lebih banyak syuting, lebih banyak menulis, lebih banyak memotret, dan lebih banyak bisnis yang harus dikejar. Kerja saya hari ini pun pasti akan buruk karena kepala ini sudah dipenuhi dengan peristiwa menjengkelkan tersebut.

Di tengah macetnya Jalan Casablanca, tiba-tiba terlintas sebuah adegan dalam benak saya. Seketika saya berteriak, “Bangssaaattttt!!!! Gue turun sini!”. Riris yang tengah mengendarai mobil pun terbengong-bengong melihat tingkah saya.

Setelah memberitahu Riris apa yang terlintas dalam ingatan saya, secepat kilat saya turun dari mobil dan mencari ojeg untuk kembali ke rumah saya. Di atas ojeg, ingatan saya memutar seluruh penyebab kejadian pagi itu.

Semalam saya pergi ke ATM dengan mengendarai motor dan singgah di warung sate di depan komplek. Ketika selesai makan, tiba-tiba teman saya menelepon hendak berkunjung ke tempat saya. Dalam waktu singkat, mobilnya sudah berada di samping warung sate tempat saya makan. Setelah berbincang sebentar, saya pun pulang ke rumah berjalan bersama teman saya. Tanpa menyadari bahwa saya telah meninggalkan motor saya di pinggir jalan.

Hati saya penuh harap motor saya tidak lenyap karena ditinggal di pinggir jalan selama semalam. Saya tentu saja berfikir bahwa semua kemungkinan buruk bisa saja terjadi di Jakarta. Dan saat itu saya hanya bisa menyerahkan penantian jawaban seluruh peristiwa pagi itu pada kecepatan motor ojeg yang saya tumpangi.

Ojeg yang saya naiki pun melaju dengan kecepatan ala kadarnya. Ketika melintas di tikungan terakhir menuju komplek tempat saya tinggal, sebuah benda terindah di pagi itu perlahan muncul dalam pandangan. Seonggok motor bebek hitam yang hampir tidak pernah saya cuci berdiri sendirian di pinggir jalan dengan body yang masih basah karena tersiram hujan semalaman. Setelah turun dari ojeg, saya hanya bisa berdiri mematung di depan motor itu. Serasa menikmati pemandangan indah sekaligus menyedihkan. “Thank God!!!” gumam saya bernafas lega.

Saya hanya sempat memberitahu penemuan motor saya kepada beberapa teman sebelum saya berangkat kerja. Dan tanpa sepengetahuan saya, sepanjang hari itu teman-teman saya masih melakukan pencarian motor yang ‘hilang’ tersebut. Bahkan atas laporan seorang teman, polisi sempat datang memeriksa lokasi parkir motor tempat tinggal saya. Ketegangan teman-teman di tempat tinggal saya tersebut baru hilang di sore harinya, setelah seorang rekan yang sudah mengetahui peristiwa sebenarnya pulang kerja.

Ketika saya sampai di Rusun malam harinya, segenap ‘pujian’ atas ketololan yang terjadi dipersembahkan kepada saya oleh segenap teman-teman dan tetangga-tetangga. Padahal selama sehari bekerja seluruh crew shooting hingga client juga telah menganugerahi ‘pujian’ yang sama.

Saya hanya bisa nyengir ketika berjalan ke rumah. Beberapa anak kecilpun turut berkomentar sambil tertawa ketika mereka berpapasan, “Om, katanya motornya hilang, koq masih ada tuh..!”